Consultant for Your Business
Login form
Our poll
Rate my site
Total of answers: 31
Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0
Friday, 26.Apr.2024, 2:10 AM
Main » Articles » My articles

BALANCED SCORECARD





Pengertian Balanced Scorecard

Balanced Scorecard adalah konsep yang mengukur kinerja suatu organisasi dari empat perspektif yaitu perspektif finansial, perspektif customer, perspektif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Konsep Balanced Scorecard ini pada dasarnya merupakan penerjemahan strategi dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan dalam jangka panjang, yang kemudian diukur dan dimonitor secara berkelanjutan. Tulisan ini menitikberatkan pada bagaimana penerapan konsep Balanced Scorecard di beberapa perusahaan di Amerika. Berbagai kendala dan permasalahan yang timbul dari penerapan konsep Balanced Scorecard menjadi masukan bagi perusahaan atau organisasi bisnis yang ingin menerapkan konsep ini. Bagaimanapun juga konsep ini akan membantu perusahaan untuk melakukan pengukuran kinerja secara lebih komprehensif dan akurat.

Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategik atau lebih tepat dinamakan "Strategic based responsibility accounting system”  yang menjabarkan misi dan strategi suatu organisasi ke dalam tujuan operasional dan tolok ukur kinerja perusahaan tersebut.


Balanced Scorecard mempunyai 4 perspektif yang berbeda yaitu :

1.       Perspektif Keuangan (financial perspective)

Balanced Scorecard menggunakan tolok ukur kinerja keuangan, seperti laba bersih dan ROI (Return on Investment), karena tolok ukur tersebut secara umum digunakan dalam organisasi yang mencari keuntungan/provit. Tolok ukur keuangan memberikan bahasa umum untuk menganalisis perusahaan. Orang-orang yang menyediakan dana untuk perusahaan, seperti lembaga keuangan dan pemegang saham, sangat mengandalkan tolok ukur kinerja keuangan dalam memutuskan hal yang berhubungan dengan dana. Tolok ukur keuangan yang didesign dengan baik dapat memberikan gambaran yang akurat untuk keberhasilan suatu organisasi.  

Tolok ukur keuangan adalah penting, akan tetapi tidak cukup untuk mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai (value). Tolok ukur nonkeuangan juga tidak memadai untuk menyatakan angka paling bawah (bottom line). Balanced scorecard mencari suatu keseimbangan dari tolok ukur kinerja yang multiple-baik keuangan maupun nonkeuangan untuk mengarahkan kinerja organisasional terhadap keberhasilan.

 

2.       Perspektif Pelanggan (customer perspective)

Perspektif pelanggan berfokus pada bagaimana organisasi memperhatikan pelanggannya agar berhasil. Mengetahui pelanggan dan harapan mereka tidaklah cukup, suatu organisasi juga harus memberikan insentif kepada manajer dan karyawan yang dapat memenuhi harapan pelanggan. Bill Mariot mengatakan "Take care of your employee and they take care of your customer”. Perhatikan karyawan anda dan mereka akan memperhatikan pelanggan anda. Perusahaan antara lain menggunakan tolok ukur kinerja barikut, pada waktu mempertimbangkan perspektif pelanggan yaitu :

·         Kepuasan pelanggan (customer satisfaction)
Tolok ukur kepuasan pelanggan adalah mengukur apakah perusahaan memenuhi harapan pelanggan atau sebaliknya, formulir kepuasan pelanggan sering tersedia di restoran, hotel, bengkel kendaraan.


·        
Retensi pelanggan (customer retention)
Tolok ukur retensi atau loyalitas pelanggan menunjukan bagaimana baiknya perusahaan berusaha mempertahankan pelanggannya. Secara umum dikatakan bahwa dibutuhkan 5x lebih banyak untuk memperoleh seorang pelanggan baru daripada mempertahankan seorang pelanggan lama.


·        
Pangsa Pasar (market share)
Pangsa pasar mengukur proporsi perusahaan dari total usaha dalam pasar tertentu.


·        
Pelanggan yang profitable
Untuk perusahaan yang mencari provit/keuntungan, hal yang digaris bawahin (bottom line) adalah pelanggan yang profitable, yaitu pelanggan yang memberikan keuntungan kepada perusahaan. Mempunyai pelanggan yang puas dan setia dari pangsa pasar yang besar adalah baik, akan tetapi pencapaian tersebut tidak menjamin kemampuan pelanggan dalam memberi keuntungan kepada perusahaan. Kepuasan pelanggan yang lebih baik mengarah pada peningkatan jumlah pelanggan yang profitable.

 

3.       Perspektif proses usaha internal (internal business process perspective)

Terdapat hubungan sebab akibat antara perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan perspektif usaha internal dan proses produksi. Karyawan yang melakukan pekerjaan merupakan sumber ide baru yang terbaik untuk proses usaha yang lebih baik.

Hubungan pemasok adalah kritikal untuk keberhasilan, khususnya dalam usaha eceran dan perakitan manufacturing. Perusahaan tergantung pemasok mengirimkan barang dan jasa tepat pada waktunya, dengan harga yang rendah dan dengan mutu yang tinggi. Perusahaan dapat berhenti berproduksi apabila terjadi problema dengan pemasok.

Pelanggan menilai barang dan jasa yang diterima dapat diandalkan dan tepat pada waktunya. Pemasok dapat memuaskan pelanggan apabila mereka memegang jumlah persediaan yang banyak untuk meyakinkan pelanggan bahwa barang-barang yang diminati tersedia ditangan. Akan tetapi biaya penanganan dan penyimpanan persediaan menjadi tinggi, dan kemungkinan mengalami keusangan persediaan. Untuk menghindari persediaan yang berlebihan, alternatif yang mungkin adalah membuat pemasok mengurangi throughput time. Throughput time adalah total waktu dari waktu pesanan diterima oleh perusahaan sampai dengan pelanggan menerima produk. Memperpendek throughput time  dapat berguna apabila pelanggan menginginkan barang dari jasa segera mungkin.

 

4.  Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learn and growth/infrastructure perspective)

Untuk tujuan insentif, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berfokus pada kemampuan manusia. Manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan karyawan. Tolok ukur kunci untuk menilai kinerja manajer adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas karyawan. Kepuasaan karyawan mengakui bahwa moral karyawan adalah penting untuk memperbaiki produktivitas, mutu, kepuasan pelanggan, dan ketanggapan terhadap situasi. Manajer dapat mengukur kepuasan karyawan dengan mengirim survei, mewawancarain karyawan, mengamati karyawan pada saat bekerja.

Retensi karyawan mengakui bahwa karyawan yang mengembangkan modal intelektual khusus organisasi adalah merupakan aktiva non keuangan yang bernilai bagi perusahaan. Lagi pula adalah sangat mahal menemukan dan menerima orang yang berbakat untuk menggantikan orang yang meninggalkan perusahaan. Perputaran karyawan diukur dengan persentase orang yang keluar setiap tahun, hal ini merupakan tolok ukur umum untuk retensi.

Produktivitas karyawan mengakui pentingnya pengeluaran setiap karyawan, pengeluaran dapat diukur dalam arti tolok ukur fisik seperti halaman yang diproduksi, atau dalam tolok ukur keuangan seperti pendapatan setiap karyawan, laba setiap karyawan.  Suatu sistem insentif yang baik akan mendorong manajer meningkatkan kepuasaan karyawan yang tinggi, perputaran karyawan yang rendah dan produktivitas karyawan yang tinggi.

 

 

Kaitan dengan Balanced Scorecard dengan lembaga keuangan dan nonkeuangan.

Balanced scorecard cocok satu sama lain dengan Activity-based responsibility accounting, karena Balanced Scorecard berfokus pada proses dan memerlukan penggunaan informasi berbasis aktivitas untuk menerapkan banyak tujuan dan tolok ukur. Tolok ukur kinerja keuangan dan nonkeuangan kedua-duanya adalah penting. Kadang-kadang akuntan dan manajer berfokus terlalu banyak pada tolak ukur keuangan seperti laba dan varian biaya, karena angka-angka tersebut telah tersedia dari sistem akuntansi. Namun manajer juga dapat memperbaiki pengendalian operasional dengan mempertimbangkan tolok ukur kinerja nonkeuangan. Tolok ukur demikian dapat lebih tepat waktu dan lebih dekat pengaruhnya terhadap karyawan pada tingkat organisasi yang lebih rendah, dimana produk atau jasa dibuat/diberikan.

Tolok ukur nonkeuangan sering lebih mudah dikuantifikasi dan dipahami sehingga karyawan dapat lebih mudah dimotivasi untuk mencapai tujuan kinerja. Kelebihan pendekatan scorecard adalah manajer lini dapat melihat hubungan antara tolok ukur nonkeuangan, dimana mereka dapat menghubungkan dengan tindakan mereka sendiri dan tolok ukur keuangan yang berkaitan dengan tujuan organisasional.

Konsep balanced scorecard berusaha untuk mengukur sampai sejauh mana kepuasan stakeholders perusahaan lainnya, terutama dari pihak pelanggan dan pegawai.

Keempat perspektif balanced scorecard akan dihubungkan dalam suatu rangkaian hubungan sebab akibat, yaitu tujuan akhir perusahaan tetap pada perspektif keuangan. Dalam konsep ini, pengukuran yang akan dipergunakan dari strategi yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya. Dengan demikian Balanced scorecard juga dapat berfungsi sebagai alat untuk mengawasi apakah strategi perusahaan telah dijalankan serta juga untuk menilai apakah strategi yang dilakukan perusahaan tersebut sudah tepat.

 

 



Source: http://Consultant, training, workshop, balanced scorecard
Category: My articles | Added by: Anti (10.Aug.2011) | Author: Anti Purba E W
Views: 57369 | Comments: 2 | Tags: Training, workshop, balanced scorecard, Consultant | Rating: 1.6/8
Total comments: 2
2 abda  
0
mohon bntuan nya, untk menilai kinerja suatu perusahaan, apakah bsc mempunyai tolok ukur pasti yg berbeda dg knsep pngukuran lainnya?
dan bila menilai kinerja slh satu saja perspektif dari bsc, apakah mungkin? apakah msh bisa disebut bsc?
trmakash sblum nya dan saya tunggu jwbn nyaa

1 membacateknologi.blogspot  
0
terima kasih atas artikel anda, sangat membantu saya dalam menambah referensi ttg pengertian dari balanced scorecard

Name *:
Email *:
Code *:

Copyright www.sienconsultant.com © 2024 |
Checkpagerank.net